Kamis, 05 Mei 2011

KORIAMNIONITIS

A. Pendahuluan
1. Definisi
Korioamnionitis adalah infeksi jaringan membarana fetalis beserta cairan amnion yang terjadi sebelum partus sampai 24 jam post partum. Insidensi dari chorioamnionitis adalah 1 – 5% dari kehamilam term dan sekitar 25% dari partus preterm.
Korioamnionitis merupakan inflamasi pada membrane fetal / selaput ketuban yang merupakan manifestasi dari infeksi intrauterine (IIU). Seringkali berhubungan dengan pecahnya selabut ketuban yang lama dan persalinan yang lama. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya ( seperti awan) selaput membrane. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan konsentrasi bakteri. Ketika mono dan leukosit polimononuklear (PMN) menginfiltrasi korion, dalam penemuan mikroskopik maka hal ini dikatakan korioamnionitis. Sel-sel tersbut berasal dari ibu. Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion ( amnionitis ) atau selaput plasenta ( funisitis ), sel-sel ini berasal dari fetus. (Goldenberg and co-workers, 2000)

2. Epidemologi
Dengan adanya korioamnionitis, morbiditas fetus meningkat secara substansif. Alexander dan kolega (1998) mempelajari 1367 neonatus dengan berat lahir sangat rendah yang dilahirkan di Rumah Sakit Parkland. Sejumlah 7 % dilahirkan oleh wanita dengan korioamnionitis, dan hasil akhir dibandingkan dengan bayi baru lahir tanpa infeksi secara klinis. Para bayi yang baru lahir dengan grup terinfeksi mempunyai insidensi yang lebih tinggi menderita sepsis, respiratory distress syndrome, kejang dengan onset awal, perdaraham intraventrikular, dan leukomalasia periventrikular. Para peneliti mengkonklusi bahwa bayi-bayi dengan berat badan sangat rendah tersebut rentan terhadap perlukaan neurologis karena korioamnionitis. Pada penelitian lain ( Yoon dan kolega, 2000) menemukan bahwa infeksi intra amnion pada bayi preterm berhubungan dengan meningkatnya resiko cerebral palsy pada usia 3 tahun. Petroya dan kolega (2001) mempelajari lebih dari 11 juta kelahiran hidup dari 1995 hingga 1997 yang terdaftar pada National Center for Health Statistics linked birth-infant death cohort. Selama persalinan, 1,6 % wanita yang mengalami demam berhubungan secara erat denga infeksi yang menyebabkan kematian baik bayi term maupu preterm. Bullard dan rekan sejawat (2002) melaporkan hasil yang sama

B. Patofisiologi
Jalur bakteri memasuki cairan amnion yang intak masih belum jelas diketahui. Gyr dan kolega (1994) telah menunjukkan bahwa Escherichia coli dapat mempenetrasi membrane tang hidup; sehingga, membran bukan barier yang absolut untuk infeksi ascending. Jalur lain inisiasi bakteri pada persalinan preterm mungkin tidak membutuhkan cairan amnion. Cox dan rekan kerja (1993) menemukan bahwa sitokin dan sel-sel mediasi imunitas dapat teraktivasi di dalam jaringan desidual yang membatasi membrane fetalis. Pada peristiwa ini, produk bakteri seperti endotoksin menstimulasi monosit desidual untuk memproduksi sitokin, yang kemudian menstimulasi asam arakidonat dan produksi prostaglandin. Prostaglandin E2 dan F2 bekerja pada parakrin untuk menstimulasi miometrium sehingga berkontraksi

C. Etiologi
Infeksi pada membran dan cairan amnion dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang bervariasi. Bakteri dapat ditemukan melalui amniosintersis transabdominal sebanyak 20% pada wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi dan dengan membrane fetalis yang intak (Cox dan rekan kerja, 1996; Watts dan kolega, 1992). Produk viral juga ditemukan (Reddy and colleagues, 2001). Infeksi tidak terbatas pada cairan amnion. Pada penelitian yang dilakukan pada 609 wanita dengan sectio caesarea dengan membrane yang intak, Hauth dan rekan kerja (1998) mengkonfirmasi bahwa organism dari korioamnion meningkat secara signifikan dalam persalinan spontan preterm. Proses penyembuhan dari bakter patogen juga berhubungan secara terbalik dengan usia kehamilan.

D. Gambaran Klinis
Ruptur membrane yang memanjang berhubungan dengan morbiditas infeksi yang meningkat (Ho dan kolega, 2003). Jika korioamnionitis terdiagnosis, usaha untuk mempengaruhi persalinan, pervaginam yang disarankan, segera dimulai. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan :
• Demam, suhu di atas 38°C (100.4°F) atau lebih tinggi disertai ruptur membrane menandakan adanya infeksi.
• Leukositosis pada ibu tersendiri ridak ditemukan berhubungan secara signifikan oleh para peneliti.
• takikardia ibu dan takikardia fetus
• uterine tenderness
• vaginal discharge yang berbau.


E. Diagnosis
1. Amnesis
Para peneliti menemukan bahwa reaksi inflamasi dapat bersifat tidak spesifik dan tidak selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh, Yamada dan kolega ( 2000 ) menemukan bahwa cairan yang terwarna mekonium merupaka penarik kimiawi bagi leukosit. Sebaliknya, Benirschke dan Kaufmann (2000) mempercayai bahwa korioamnionitis secara mikroskopik selalu disebabkan infeksi. Korioamnionitis sering berhubungan dengan rupture membran, kelahiran preterm, ataupun keduanya. Seing kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih dahulu yang terjadi. Gambaran khasnya adalah selaput ketuban yang terlihat seperti susu dan berkabut (akibat adanya lekosit polimorfonuklear dan eksudat) disertai infiltrasi leukosit perivaskular pada tali pusat clan pembuluh darah janin (omfalitis). Peradangan vilus fokal merupakan manifestasi lanjut.
2. Pemeriksaan Fisis




3. Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan hapusan Gram atau kultur pada cairan amnion biasanya
tidak dilakukan.
• Pemeriksaan amniosentesis biasanya dilakukan pada preterm labour yang
refrakter (supaya dpt diputuskan apabila tokolisis tetap dilanjutkan atau
tidak) dan pada pasien yang PROM (apakah induksi perlu dilakuka).
• Indikasi lain dari amniosentesis adalah untuk mencari diagnosis
diferensial dari Infeksi intramnion, prenatal genetic studies,
memprediksi lung maturity

F. Penatalaksanaan
1. Medis
• Ampisilin 3 x 1000mg
• Gentamisin 5mg/kg BB/hari
• Metronidazol 3 x 500mg
• Lakukan kerjasama dengan dokter anak untuk penanggulanggan janin/neonatus
• Perhatikan kontraksi uterus pasca persalinan untuk menghambat invasi mikroorganisme melalui sinus-sinus pembuluh darah yang terdapat pada dinding uterus.
• Untuk antibiotik empiris biasanya diberikan Ampicillin 2g IV setiap 6 jam dengan Gentamycin 1,5mg/kgBB.
• Pemberian antibiotik untuk kuman anaerob seperti Metronidazole 500mg IV tiap 8 jam atau Clindamycin 900mg IV tiap 8 jam dapat diberikan apabila pasien direncanankan untuk operasi sectio cesar.
• Untuk pasien dengan alergi terhadap penisilin dapat diberikan vancomycin
• Pemberian antibiotik ini biasanya diberikan sampai pasien tidak demam dan asimptomatik selama 24 – 48 jam post partum
2. Asuhan Keperawatan
• Observasi dan nilai kemajuan proses persalinan
• Lakukan terminasi persalinan dengan memperhatikan etiologi demam
• Bila terjadi korioamnionitis, lihat penatalaksanaan komplikasi tersebut
• Evaluasi kondisi janin selama proses persalinan dan lakukan tindakan pertolongan atau resusitasi pada bayi baru lahir apabila terjadi asfiksia
• Demam selama persalinan, mungkin akan berlanjut hingga masa nifas, oleh karena itu pemantauan dan terapi untuk kasus ini harus dilanjutkan hingga penyulit tersebut dapat benar-benar diatasi.
• Buat diagnosis sedini mungkin
• Induksi atau akselerasi persalinan pada kehamilan >35 minggu
• Upayakan persalinan berlangsung pervaginam
• Atasi semua komplikasi pada ibu dan janin/neonates

G. Prognosis
 Parametritis,
 salpingitis,
 peritonitis pelvis,
 tromboflebitis pelvis, atau kematian ibu dapat terjadi, demikian juga omfalitis,
 septikemia,
 pneumonia septik, atau kematian bayi pada masa perinatal.
 Periventrikular leukomalasia
 Cerebral palsy





Daftar Pustaka
1. Duff P. Maternal and perinatal infection. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: normal and problem pregnancies, 4th ed. Philadelphia, PA: Churchill Livingston; 2002:1301-3
2. bidangesot.infeksi dalam persalinan. Online. 2011 Available from URL: http://infeksidalampersalinan.Bidangesot’Blog.htm
3. Yanis.koriamnionitis. Online 2011 Available from URL :
http://www.google.com/charioamnionitis-doc.htm
4. http://www.google.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar