ASKEP

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN ABLASI RETINA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Ablasi Retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensorik retina dari lapisan epitel pigmen retina (Daniel, 2000). Ablasi retina adalah keadan terlepasnya retina yang diikuti dengan penimbunan cairan pada ruang potensial antara retina dengan sel pigmen epitel koroid (Sidarta Ilyas, 2003).
2. Etiologi
Ablasi retina disebabkan oleh:
a. Robekan retina akibat tarikan dari sisi badan kaca akibat jaringan parut.
b. Robekan retina terjadi akibat eksudasi, bila terjadi timbunan dari pandangan atau tumor.
c. Akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina.
3. Klasifikasi
a. Rhegmatogenous Retina Detachmen/ablasi retina regmatogenosa, ada robekan yang merupakan kausa utama. Ablasi Retina Regmatogenosa. Terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga corpus vitreous yang mengalami pencairan akan masuk ke belakang antara sel pigmen dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen koroid. Bentuk robekan retina:
1. Robekan bentuk U
2. Robekan bentuk U tidak sempurna
3. Robekan bentuk bulat akibat operculum semua terlepas.
4. Dialisis
Sering terjadi pada pasien myopia degenerative dan regenerasi retina.
b. Non Rhegmatogenous Retina Detachmen, Tidak ada robekan :
 Tractional/traksi
Sering terjadi pada pasien terdapatnya jaringan fibrosis disebabkan oleh: DM proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat pembedahan atau infeksi.
 Exudative / eksudatif
Ablasi retina eksudatif: ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan sub retina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid. Sering terjadi pada peradangan seperti skleritis, koroiditis, dan tumor retrobul bar.
4. Faktor Predisposisi
a. Degenerasi retina perifer
b. Adanya kelainan vitreoretinal yang menyertai
c. Mata dengan myopia tinggi
d. Pasca renitis
e. Ekstraksi katarak
5. Patofisiologi
Apabila karena sesuatu sebab terjadi gerakan pada badan kaca maka akan terjadi tarikan yang menyebabkan robekan pada retina, sehingga yang tadinya mendapat nutrisi dari pembuluh darah kario kapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid, sehingga akan terjadi penghancuran sel kerucut dari sel batang akibatnya akan terjadi degenerasi dan atior sel reseptor retina.
Pada saat terjadi degenerasi retina, maka akan terjadi kompensasi dari sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi sehingga akan terlihat sel epitel pigmen di depan retina. Tetapi bila degenerasi berlangsung lama, sel pigmen akan bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan batang.
Bila pada retina terdapat rupture besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dengan koroid maka akan terjadi degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yamg lebih dalam yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia. Akhirnya, penglihatan akan sangat menurun karena funsi saraf masih baik maka penglihatan yang paling jelek hanya mampu membedakan gelap terang.
Bila proses di atas belum terjadi dan ablasi retina ditemukan dini dan kemudian kedudukan retina dikembalikan ke tempat semula (asal), maka akan terjadi pengembalian penglihatan yang sempurna.
6. Gejala Klinik
 Visus menurun
 Defek lapang pandang
 Floaters; keluhan adanya bayangan yang bergerak karena adanya robekan sel-sel masuk ke korpus vitreous (terutama bila corpus vitreous mencair ) bila melewati area penglihatan terlihat bayangan hitam atau seperti ada serangga.
 Fotopsia; kilatan cahaya karena regangan retina
 Bayangan retina keabuan pada lokasi
 Terlihat gejala sesuai penyebabnya.
7. Pemerikasaan penunjang
a. Pada pemeriksaan funduskopi, retina terlihat berwarna abu-abu.
• Permukaan retina tidak rata dan terlihat seperti bergelombang
• Pembuluh darah di atas retina berkelok-kelok sesuai dengan gelombang retina yang terangkat
• Pada daerah ablasi tidak terlihat gambaran koroid normal
• Pada retina terlihat retina robek
• Lubang pada retina dapat dilihat dengan melihat refleksi merah koroid pada retina yang terangkat dan berwarna abu-abu.
• Robekan pada retina dapat berbentuk ladam kuda, lubang kecil atau bentuk bulan sabit
• Ruptur yang terjadi sering pada daerah temporal superior atas fundus okuli.
b. Tekanan bola mata rendah bila tekanan bola mata tinggi, berarti terjadi glukoma nonvaskuler pada ablasi yang lama.
c. Pemeriksaan ERG terlihat gelombang a dan b yang menurun
d. Pemeriksaan angiografi fluoresin :
• Terlihat kebocoran di daerah para papilar dan daerah yang berdekatan dengan tempatnya rupture
• Terlihat gangguan permeabilitas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca pada koroid
• Membedakan antara ablasi primer atau sekunder
8. Penatalaksanaan
a. Ablasi Retina Eksudatif
Karena bukan sebab langsung kerusakan retina, maka terapinya sesuai dengan kausa misalnya karena peradangan, maka terapi pada yang mengalami peradangan.
b. Ablasi retina Traksi
Melepaskan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan virektomi.
c. Ablasi Retina Regmatogenosa
Bila diagnosis ablasi retina regmatogenosa sudah dibuat maka penderita sudah harus dirawat dengan tujuan untuk menghindari robekan lebih lanjut. Perawatan:
- Penderita harus istirahat terutama tidak membaca
- Kedua mata diberi lubang pengintip
- Mata diberi sikloplegik
• Pembedahan harus segera dilakukan bila:
- Lepasnya makula baru 2 hari
- Ablasi mengancam terangkatnya makula
- Robek retina besar
• Pembedahan tidak terlalu akut bila:
- Ablasi lama dengan makula lepas
- Ablasi lama yang tidak mengancam makula lutea
9. Komplikasi
Dapat terjadi tarikan massif retina vitreous
10. Prognosis
a. Prognosis ablasi retina baik bila:
- Robekan kecil
- Adanya garis demarkasi ablasi pada retina
- Cairan subretina sangat sedikit
b. Prognosis kurang memuaskan bila:
- Ablasi dengan afakia
- Ablasi total
- Ablasi tidak dengan bibir rupture melipat
c. Prognosis buruk pada:
- Ablasi retina dengan ablasi koroid makula
- Ablasi retina dengan rupture besar
Tanpa pengobatan retina akan terlepas total dalam 6 bulan :
- 30 % kasus tanpa komplikasi sembuh 1x operasi
- 15 % memerlukan operasi kedua
Anjurkan pada penderita yang baru mengalami pembedahan ablasi untuk mengurangi olahraga terutama yang melakukan gerakan kepala yang cepat.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
b. Makanan/Cairan
Gejala : mual/muntah
c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer.
Tanda : peningkatan air mata
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair
e. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga, riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan penerimaan sensorik
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembedahan mata
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa I
• Kaji dan tentukan ketajaman penglihatan
Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
• Observasi tanda-tanda dan gejala diorientasi.
Rasional : berada dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung/tidak kenal tempat tidur.
• Bedakan kemampuan lapang pandang di antara kedua mata.
Rasional : menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
• Pendekatan dari sisi yang tidak mengalami gangguan, bicara dan dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional : memberikan rangsangan sesorik tepat terhadap isolasi menurunkan kebingungan.



Diagnosa II
• Kaji persepsi klien tentang penyakitnya
mengenai penyakitnya.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tanggapan/ pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
• Biarkan klien mengekspresikan perasaannya
Rasional : mengekspresikan perasaan membantu mengurangi ansietas
• Beri informasi yang jelas tentang penyakitnya
Rasional : klien dapat mengerti tentang penyakitnya sehingga dapat menerima dengan baik setiap perawatan/pengobatan yang diberikan.
• Dengarkan semua keluhan klien dan berikan perhatian
Rasional : klien merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh perawat dan merasa bahwa ia tidak diabaikan.
• Bimbingan spiritual
Rasional : mendorong klien untuk tetap optimis akan kesembuhannya.
Diagnosa III
• Kaji tingkat nyeri
Rasional : tingkat nyeri dapat memberikan gambaran untuk intervensi selanjutnya sesuai kebutuhan klien.
• Observasi reaksi klien sesering mungkin
Rasional : untuk mengetahui keadaan klien
• Dorong klien untuk menyatakan perasaan nyeri
Rasional : rasa takut atau cemas dapat meningkatkan ketegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
• Berikan rasa nyaman secara rutin dengan merubah posisi klien dengan mengalihkan perhatian, pijatan punggung, dan refleksi.
Rasional : meningkatkan relaksasi, mengalihkan perhatian, dan membantu memfokuskan kembali perhatian pada sesuatu yang ada di samping klien.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y
DENGAN ALBASI RETINA
A. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Biodata
Nama : Ny. M
Umur : 40 tahun
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenanga No. 3 Sungguminasa
b. Penanngung jawab
Nama Suami : Tn. A
Umur : 45 tahun
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Makassar
Penghasilan/bulan: ± 500.000
Alamat : Jl. Kenanga No. 3 Sungguminasa
2. Keluhan Utama
“ mata sebelah kiri saya sakit sus”
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Penglihatan dirasakan mulai sejak kemarin sore ± 30 menit setelah klien tertumbuk di dinding dan keluhan dirasakan terus menerus sampai sekarang sehingga kita merasa terganggu untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Klien sudah berobat di Pak Mantri dan diberi obat suntik 1x.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelum terjadi trauma klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obat kecuali bila sakit panas, klien meminum paracetamol.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien dan keluarga tidak pernah menderita penyakit yang sama, tetapi klien pernah menderita penyakit mata ± 3 tahun yang lalu dan hanya berobat dukun.
4. Riwayat psikologi
Klien dan keluarga merasa cemas mengenai penyakitnya dan klien menyerahkan sepenuhnya kepada dokter dan perawat.


5. Pemeriksaan fisik
a. - Visus OD 3/6
- Visus OS 5/6
b. Inspeksi:
Konjungtiva : merah muda
Sclera : putih
Pupil : diameter 3 – 4 mm
Posisi bola mata simetris
Palpasi: TIO menurun
Tidak teraba adanya benjolan tumor
c. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan funduscopy; Retina terlihat berwarna abu-abu dan permukaan tidak rata seperti bergelombang.


Klasifikasi Data
a. Data Subyektif
1. “mata saya kabur sus”
2. “ apa mata saya tidak apa-apa sus?”
3. “mata saya sakit sus yang sebelah kiri”
b. Data Objektif
1. Gangguan lapang pandang mata
2. - Klien tegang
- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
3. - skala nyeri 3
- Nyeri di sekitar mata senelah kiri
- Jika digerakan bertanbah nyeri












Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : “ mata saya kabur sus”
Do :
- Tajam penglihatan
menurun
- Lapang pandang terganggu


Ds :”apa mata sya tidak apa-apa sus?”
Do :
- Klien tegang
- Klien selalu bertanya

Ds : “ mata saya sebelah kiri sakit sus”
Do :
- Klien meringis
- Klien memegangi mata sebelah kirinya Terjadinya robekan
pada retina sebagai
impuls yang masuk
tidak ditangkap baik
oleh retina dan yang
diteruskan ke saraf
optik sdar

Kurangnya
pengetahuan tentang
keadaannya dan
mengenai penyakitnya


Terjadinya kerusakan
pada saraf perifer dan terputusnya kontinuitas jaringan Gangguan persepsi sensorik







Ansietas





Nyeri akut



B. Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan penerimaan sensorik
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosi dan program pengobatan, di tandai dengan :
- Klien tegang
- Klien selalu bertnya tentang penyakitnya.
3. nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan, di tandai dengan :
- skala 3
- nyeri pada mata sebelah kiri
- nyeri bila mata digerakan
-
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa I
 Kaji dan tentukan ketajaman penglihatan
 Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi
 Bedakan kemampuan lapang pandang di antara kedua mata
 Pendekatan dari sisi yang tidak mengalami gangguan, bicara dan dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
2. Diagnosa II
 Kaji persepsi klien tentang penyakitnya
 Biarkan klien mengekspresikan perasaannya
 Beri informasi yang jelas tentang penyakitnya
3. Dignosa III
 Kaji tingkat nyeri
 Observasi reaksi klien sesering mungkin
 Dorong klien untuk menyatakan perasaan nyeri
 Berikan rasa nyaman secara rutin dengan merubah posisi klien dengan mengalihkan perhatian, pijatan punggung, atau refleksi.